Tulisan
3
NAMA : Asep Widodo
KELAS : 2Pa04
NPM :
11511248
Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan
PENYESUAIAN
DIRI
Manusia sejatinya dilahirkan akan berhadapan dengan
lingkungan yang membuatnya harus bisa dapat menyesuaikan diri, manusia pada
awalnya melakukan penyesuaian fisiologis tetapi dengan seiringnya
berkembangnya manusia, manusia tidak hanya harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi harus bisa menyesuaikan diri
secara psikologis.Penyesuain diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah
adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian
diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri
sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery) .
Pada mulanya penyesuaian
diri diartikan sama dengan adaptasi ( adaptation
), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah kepada
penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti di
perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai seperti
perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan barunya. Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian
yang mencakup konformitas terhadap suatu norma.
Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa
di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial,
maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ), yaitu kemampuan untuk
merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga
konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.Proses penyesuaian diri
pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus
dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru.
Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari
rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial
baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan
tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).
Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good
adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang,
efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang
efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak
energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon
yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan
sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari
penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang
ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku
di lingkungan tersebut. Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada
orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian
diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang
dalam beradaptasi baik dari dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini
bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian
dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan
kualitas penyesuaian diri antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat
atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada
setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian
diri.
Aspek-aspek
Penyesuaian Diri
Pada
penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk
menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Pada penyesuain ini seseorang menyadari
siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif
sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau
tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan
kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang tenang tidak adanya
kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak
puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai
dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib
yang dialaminya dan dapat berdampak negative atau perilaku yang menyimpang.
2. Penyesuaian
Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di
dalam lingkup sosial (masyarakat) terjadi proses saling mempengaruhi satu
sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan
tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup
sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal
dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup
hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam
poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian
sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial
dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam
penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan
sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai
berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya
dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua penyesuaian di atas adalah dasar agar indvidu
dapat menyesuaikan diri dengan baik tanpa adanya perilaku penyimpangan yang
tidak sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang terdapat di suatu lingkungan
tersebut.
Pembentukan
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik ialah satu hal yang selalu
ingin diraih setiap orang, tapi untuk itu sangat sulit tercapai apalagi saat
dewasa ini yang banyak begitu tuntutan dan permasalahan baru yang terjadi
kecuali bila kehidupan orang itu benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan
dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk
menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya,
serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik
untuk bekerja, dan berprestasi.
Di bawah ini
ada 3 lingkungan yang dapat membentuk penyesuaian diri individu diantaranya
lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah.
a. Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada
dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga
dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan
demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu
merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah
salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam
kenyataannya banyak orang tua yang menyadari hal tersebut namun orang tua
terkadang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri dengan berbagai alasan ada
yang beralasan mengejar karir, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi agar
keluarganya dapat mapan dan amasa depan anak-anaknya terjamin. Namun sayangnya
hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya
tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi
berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa
kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam
menyesuaikan diri di masa yang akan datang.
Lingkungan keluarga juga merupakan
lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, salah satunya kemampuan untuk
penyusuaian diri terhadap lingkungan baik secara fisiologis maupun psikologis
apabila individu di ajarkan dengan baik oleh orang tuanya maka kelak seorang
individu dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan norma-norma yang berlaku di
lingkungannya.
Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak
menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain.
Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri
dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu.
Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul
dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah
laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan
adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu,
orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau
tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut.
Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga
mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara
berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih
banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan
penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri
sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama,
keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi
masa depannya.
b. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan
hubungan yang erat diantara kawan-kawan akan membantu individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan apalagi saat individu beranjak remaja dan
dengan adanya pertemanan yang erat akan membantu dirinya dalam penerimaan
terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam
memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang
lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat
kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan
kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang
tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada
masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab
pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya
mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa
depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut
individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik
untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan
sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses
pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai
yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual
individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode
yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru
sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
PENGERTIAN
PERTUMBUHAN PERSONAL
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia
disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan
dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain.
Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan
yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang
spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu
individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan
sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan
karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat
panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya
tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi
pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang
paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga
pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti
akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam
lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat
norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan
individu.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak
langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya
apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam
masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang berlaku maka ketika norma
tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya
suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam
menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam
kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam
lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang
cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan individu
Faktor genetik
Ø Faktor keturunan — masa konsepsi
Ø Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
Ø Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis
kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa
keunikan psikologis seperti temperamen
Ø Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir
yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan
Ø Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi
sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan
Ø Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Dari semua
faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti
keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu.
Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat
menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
a. Aliran asosiasi
perubahan
terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri
(kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan)
maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.
b. Psikologi gestalt
pertumbuhan
adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal
sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan
yang ada.
c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan
adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial
maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu
sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu
yang baik dan berguna untuk sesamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Wexley,
Kenneth N. & Gary A. Yukl, Organizational Behavior and Personnel
Psychology, Richard D. Irwin Inc., 1977
Yusuf,S.
(2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset
Smeltzer
bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8
, EGC, Jakarta.
Basuki,
Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Lur Rochman,
Kholil.(2010). Kesehatan Mental.Purwokerto: STAIN press.
Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta
Christensen.j.paula.2009.proses keperawatan.buku kedokteran EGC :
Jakarta
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar